PROPOSAL TESIS
PERAN GURU DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA
DI SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2014-2015
![]() |
Oleh:
HJ. ZAHRAINI, S.Pd.I
Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Seleksi Masuk Program Pascasarjana (S-2)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2014
PERAN GURU DALAM
MEMBINA KARAKTER SISWA
DI SMAN 2 GERUNG
A. Latar Belakang
Berbagai usaha untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas telah banyak dilakukan, di antaranya inovasi dalam bidang kurikulum dengan diberlakukannya Kurikulum
2013 yang menekankan pada pentingnya pembinaan karakter siswa. Penekanan pada
pembinaan karakter siswa dilakukan sebagai upaya untuk menyempurnakan
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang telah berjalan selama ini,
sehingga siswa tidak hanya memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi juga memiliki
karakter yang luhur, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Upaya pembinaan karakter siswa
tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berbudi
pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap,
cerdas, kreatif, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab[1]. Ini mengindikasikan
bahwa pembinaan karakter menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan
karakter menjadi kebutuhan mendesak dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa terutama
pada era globalisasi saat ini.
Tujuan pendidikan nasional di atas, juga menjadi
dasar pelaksanaan pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi yang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai
tujuan yang diharapkan. Pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan,
diharapkan mampu menjadikan peserta didik sebagai insan yang beretika, bermoral
serta mampu berinteraksi di tengah masyarakat secara harmonis dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan saat ini, tayangan media yang
semakin sering menayangkan perselisihan berbagai pihak, kekerasan dan bahkan
akses untuk melihat tayangan asusila dalam masyarakat menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia sedang mengalami krisis moral.
Dalam konteks ini, pendidikan karakter diharapkan
menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi. Pendidikan karakter bagi
siswa memiliki makna yang tidak hanya sekedar pendidikan tentang kebaikan. Pendidikan
karakter memiliki arti yang lebih tingggi dari pendidikan moral yang
mengajarkam mana yang benar mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan
kebiasaan tentang mana yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan,
dan mampu melakukan mana yang baik.
Untuk mewujudkan hal di atas, guru sebagai garda
terdepan dalam mengawal proses pendidikan dan pembelajaran memiliki peran
penting dalam pembinaan karakter peserta
didik, sehingga peserta didik tidak hanya menguasai aspek pengetahuan (kognitif),
tetapi juga keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif) yang luhur dalam
melakukan interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Demikian juga, dalam upaya
untuk membina karakter siswa, guru harus memiliki keempat kompetensi utuh guru
profesional, yaitu: kompetensi profesional, personal, sosial dan pedagogik. Dengan
kompetensi ini, guru diharapkan memiliki kemampuan intelektual dan memiliki
karakter yang mulia, serta mampu menjadi
teladan bagi siswanya, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat
dalam kehidupan sehari hari.
Idealnya, berbagai kebijakan yang mengantarkan
ribuan, bahkan jutaan guru untuk menyandang guru profesional dengan kompetensi
utuh guru profesional, belum berbanding lurus dengan pencapaian tujuan
pendidikan untuk menciptakan insan yang berpengetahuan sekaligus berkarakter. Hal
ini tampak dari berbagai fenomena yang mewarnai dunia persekolahan, seperti
tawuran antar pelajar, terlibat dalam fornografi, tidak sopan terhadap guru.
Demikian juga dengan perilaku sebagian besar siswa SMAN 2 Gerung Lombok Barat,
masih menunjukkan perilaku yang memprihatinkan, seperti: kurang sopan
terhadap guru dan teman, sering membolos, tidak mentaati
peraturan sekolah, tidak mengikuti kegiatan imtaq , dan penyimpangan prilaku lainnya seperti merokok, .[2]
Kondisi di
atas, tidak lepas dari peran guru yang sebagian besar telah menyandang gelar
guru profesional. Guru tidak hanya bertanggung jawab melaksanakan tugas
mengajar atau sebatas menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi juga
memiliki tanggung jawab untuk mendidik dalam arti membina karakter peserta
didiknya. Atas dasar itulah, maka
penting
untuk mengkaji lebih jauh tentang: PERAN GURU DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMAN 2 GERUNG.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan peran guru
dalam membina karakter siswa, di antaranya:
1. Apakah
pembinaan karakter siswa menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu
atau seluruh guru di SMAN 2 Gerung?
2. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi karakter siswa SMAN 2 Gerung?
3. Apa
saja upaya untuk membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
4. Bagaimana
model pembinaan karakter siswa SMAN 2 Gerung?
5. Bagaimana
peran kepala sekolah dalam membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
6. Bagaimana
peran guru dalam membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
C.
Pembatasan
Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan
urgensi dari berbagai permasalahan terkait dengan pembinaan karakter siswa yang
telah teridentifikasi di atas, maka
permasalahan dalam tesis ini akan difokuskan pada peran guru dalam pembinaan
karakter siswa SMAN 2 Gerung? Dengan
menelusuri secara mendalam pada bentuk
pembinaan yang dilakukan guru dan model pembinaan karakter siswa yang dilakukan
guru di SMAN 2 Gerung.
D.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan pembatasan
masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah untuk dijadikan fokus kajian dalam
tesis ini yaitu:
1.
Apa saja bentuk
bentuk pembinaan karakter siswa yang dilakukan di SMAN 2 Gerung ?
2.
Bagaimana pola
pembinaan karakter siswa di SMAN 2 Gerung ?
E.
Tujuan Penelitian
Setiap pekerjaan
yang dilakukan secara sadar dan sistematis pasti mempunyai tujuan yang jelas,
begitu pula dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Ingin mengetahui bentuk bentuk pembinaan
karakter siswa yang dilakukan di SMAN 2 Gerung.
2.
Ingin mengetahui pola pembinaan karakter
siswa di SMAN 2 Gerung.
F.
Manfaat
Penelitian
Kegunaan penelitian
yang dilakukan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis dan
kegunaan secara praktis. Adapun uraian kegunaan penelitian tersebut adalah
sebagai beriut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian
diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah ilmiah dan wawasan keilmuan kaitannya dengan peran guru dalam
membina karakter siswa di Sekolah. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam upaya
membina karakter siswa sehingga terbentuk kepribadian atau budi pekerti yang
luhur pada diri siswa baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih
luas
2.
Secara Praktis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi guru dalam upaya membina karakter
siswa di sekolah. Di samping itu, dapat memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan berfikir kepada siswa sehingga ia mampu berinteraksi dengan budi
pekerti atau akhlak yang mulia baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Kemudian juga dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
selanjutnya yang lebih komprehensif.
G.
Kajian Pustaka
Harus diakui bahwa penelitian ini tidak berangkat dari kekosongan. Namun
juga harus diakui tentang pendidikan berbasis karakter telah banyak yang
membahasnya, tapi buku maupun penelitian
yang mengkaji tema ini secara spesifik belum begitu banyak, oleh karena itu
dalam kajian pustaka ini penulis hanya memaparkan beberapa hasil penelitian
yang telah membahas tentang pendidikan berbasis karakter adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suyadi tahun
2012, universitas Otago di Dunedin New
Zealand terhadap 1000 anak anak selama 23 tahun. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa anak anak yang ketika usia 3 tahun telah di diagnose sebagai uncontrollable
toddlers (anak yang sulit diatur, pemarah, pembangkang) ternyata ketika
usia 18 tahun, menjadi remaja yang bermasalah, agresif dan memiliki masalah
dalam pergaulan. Pada usia 2 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan
orang lain, dan sebagian terlibat dengan kegiatan kriminal. Sebaliknya anak anak
yang awalnya well adjust toddlers,
ternyata setelah dewasa menjadi orang orang yang berhasil dan sehat jiwanya.[1]
2. Penelitian yang
pernah dilakukan oleh Richard D. Osguthorpe (2008) yang berjudul ”On The
Reason WeWant Teachers of Good Dispotion and Moral Character”,
penelitian ini menggambarkan bahwa faktor kepribadian guru (pendidik) sangat
berperan mempengaruhi pengembangan moral siswa. Kepribadian guru adalah metode
terbaik dalam mendidik karakter siswa. Sehingga sebagai langkah awal dalam
membangun karakter kebaikan pada siswa,
haruslah dimulai dengan mempersiapkan kepribadian para pendidik yang
dipenuhi dengan nilai nilai yang baik, benar dan penuh kebajikan. Dan
kepribadian guru tersebut akan efektif mempengaruhi karakter siswa tidak hanya
ketika mereka berinteraksi di kelas saja, tetapi juga kepribadian itu selalu
hadir dalam kehidupan sehari-harinya. Sikap profesional, nilai nilai dan
keyakinan yang ditampilkan oleh pendidik baik yang verbal atau yang non-verbal
dalam berinteraksi dengan siswa, keluarga, maupun masyarakat akan memberikan
penguatan terhadap prilaku positif siswa dalam perkembangan dan belajarnya.[2]
3. Darmiyati Zuchdi,
dkk. 2009, pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam
Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar., Jakarta. Penelitian ini lebih
menekankan pada model pendidikan karakter yang efektif adalah yang menggunakan
pendekatan komprehensif dalam mata pelajaran umum. Penelitian ini berhasil
menyimpulkan bahwa pembelajaran tidak hanya melalui bidang studi tertentu
tetapi juga diintegrasikan dalam semua bidang studi terutama pelajaran umum.[3]
4.
Slamet Riyanto, 2008, Pendidikan Akhlak Mulia
siswa di SD Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta. Berbentuk Tesis, tidak
diterbitkan, tujuan penelitian ini untuk mendiskrifsikan pendidikan akhlak
mulia di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta dan
pengembangan ketrampilan personal dan
sosial akan berhasil dengan baik jika dilaksanakan dengan konsisten.[4]
Beberapa hasil penelitian diatas, meskipun sama sama menjadikan pendidikan
karakter sebagai fokus kajian penelitian
sama dengan penelitian ini, namun belum ada yang secara spesifik mengkaji
tentang bentuk bentuk pembinaan karakter siswa dan peran guru dalam proses pembelajaran dan pengembangan karakter siswa dalam
lingkungan SMA, sehingga peneliti merasa
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terkait dengan
bentuk bentuk pembinaan karakter siswa
SMA.
H. Kerangka Teori.
1.
Guru dan tugas tugasnya.
Guru
sebagai pendidik dalam merubah dan meningkatkan moral peserta didik
bukanlah hal yang asing lagi untuk dibicarakan. Guru adalah orang yang diberi
amanah dan tanggung jawab untuk membimbing.[5] Menurut
Imam Gazali dalam Mukhtar mengatakan bahwa guru adalah orang yang berilmu atau
orang yang mengemban amanah dalam pembelajaran agama islam dan memiliki
kepribadian yang soleh.[6] Adapun
definisi yang lain dijelaskan bahwa guru adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakn proses pembelajaran, melakukan bimbingan
dan pelatihan dan pengabdian kepada masyarakat.
Dari pengertian dan pendapat di atas dapat
dipahami bahwa guru sebagai pendidik yang membimbing dan mengarahkan anak didik
hendaknya memiliki disiplin ilmu yang luas dan relevan dalam bidang keahliannya
dan memiliki moral/budi pekerti yang luhur sebagai contoh bagi anak didik serta
profesional dalam merencanakan dan melaksanakan proses pendidikandan
pembelajaran baik terhadp peserta didik maupun pengabdian terhadap masyarakat.
b.
Tugas guru.
Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran memiliki
tugas yang banyak sekali, yaitu:
a)
Mendidik
b)
Mengajar
c)
Melatih.[7]
Adapun yang dimaksud dengan mendidik adalah ” suatu upaya membimbing,
meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup yang meliputi aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (aktualisasi), sedangkan
mengajar adalah meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
serta melatih adalah mengembangkan keterampilan pada siswa.[8]
Jadi dapat dipahami bahwa guru atau pendidik tidak hanya memiliki tugas mendidik
atau membimbing tetapi juga mengajar dan melatih anak didik baik dalam sikap,
prilaku, ilmu pengetahuan, maupun keterampilan lainnya. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah menanamkan dan mengembangkan tiga
aspek dalam proses pembelajaran yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
2) Tugas bidang kemanusiaan.
Tugas guru dibidang kemanusiaan maksudnya dalah guru harus mampu menjadikan
dirinya sebagai orang tua di sekolah dan mampu menarik perhatian para siswa.[9] Jadi tugas guru bidang kemanusiaan adalah
menjadikan dirinya sebagai orang tua siswa dan mampu membangkitkan semangat dan
motivasi peserta didik.
3) Tugas bidang kemasyarakatan.
Adapun yang dimaksud dengan tugas guru dibidang kemasyarakatan adalah ”guru
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terbentuknya manusiaseutuhnya
berdasarkan pancasila.[10] Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
tugas guru dalam masyarakat adalah membimbing masyarakat ke arah kehidupan yang
lebih baik, sehingga tugas guru tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga
di luarsekolah atau sosial kemasyarakatan.
2.
Pendidikan karakter.
a.
Pengertian pendidikan karakter.
Karakter identik dengan kepribadian.[11]
Menurut Imam Gazali, karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu tindakan
spontanitas manusia dalam bersikap atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri
manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.[12]
Adapun pendidikan karakter menurut Muchlas didefinisikan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan yang
baik, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari hari dengan sepenuh hati.[13]
Dalam pendidikan karakter idealnya melibatkan semua pihak meliputi keluarga,
warga sekolah dan lingkungan sekolah serta masyarakat.[14]
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidikan karakter merupakan
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter yang
baik seperti jujur, bertanggung jawab, kerja keras, menghormati orang lain dan lain lain. Dalam membangun karakter
seseorang memerlukan sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan yang
melibatkan seluruh aspek knowing the good, loving the good and acting
the good, disinilah perbedaannya dengan istilah moral. Pendidikan karakter menjadi berbeda dengan pendidikan
moral karena pendidikan moral hanya terfokus pada pengetahuan tentang moral.
Kurikulum pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian
siswa yaitu pribadi yang bijaksana terhormat dan bertanggung jawab yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata. Bagaimana
mereka diberi pengetahuan dan pemahaman akan nilai nilai kebaikan yang
universal (knowing the good)
sehingga membentuk beliefs, tetapi tidak terhentier disitu saja. Sistem yang ada juga juga
berperan aktif mendukung dan mengkondisikan nilai nilai kebaikan tersebut,
sehingga semua orang bersepakat menerima dan mencintai nilai nilai tersebut
sebagai sebuah kebaikan untuk dianut (loving
the good). Setelah membentuk pemahaman dan sikap, ia kan melahirkan nilai
nilai tindakan.Dengan penuh kesadaran mereka akan bertindak dengan nilai nilai
kebaikan (action the good) yang dianut sebagai ekspresi martabat dan
harga diri.
b.
Tujuan Pendidikan karakter.
Tujuan pendidikan karakter ini dalam rangka untuk memperbaiki kinerja pendidikan , seperti situasi
kemerosotan moral diantaranya kejujuran , tanggung jawab, tolong menolong, dan
saling menghargai adanya Tuhan yang maha esa, tujuannya dalah untuk memperbaiki
masyarakat yang berkarakter
Doni Kusuma menyebutkan tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk
prilaku seseotrang yang terwujud dalam kesatuan diri individu.[15]
Menurul Nurul Zuriah tujuan pendidikan karakter yaitu memfasilitasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuan , mengkaji dan menginternalisasi serts
mempersonalisasikan nilai, mengembangkan keterampilan nilai mulia dalam diri
siswa serta mewujudkan dalam prilaku sehari-hari.[16]
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
mampu meningkatkan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam prilaku sehari hari.
Berdasarkan pandangan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan karakter bukan hanya sekedar memahami tentang aturan yang benar dan salah atau
mengetahui tentang ketentuan baik dan buruk tetapi harus benar benar
meningkatkan prilaku moral seseorang.
I. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk
memperoleh data dan informasi yang akurat terkait dengan
penelitian ini, maka penulis berpedoman
pada ketentuan-ketentuan yang menjadi standar penyusunan karya ilmiah.
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, karena penelitian ini berupaya untuk
menggambarkan dan mengungkapkan penomena
yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini
sejalan
dengan pendapat Bodan dan Taylor dalam Margono bahwa penelitian
kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Lebih jauh, pendekatan ini diarahkan pada latar dan subyek
penelitian secara utuh.[3]
2. Sumber Data
Untuk memperoleh data
dan informasi yang valid dan meyakinkan kaitannya dengan peran guru dalam membina
karakter siswa di SMAN 2 Gerung, maka sumber data sangat dibutuhkan. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.[4]
Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah pelaku atau orang yang akan memberikan data dan informasi
tentang apa yang akan diteliti. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu
penentuan
sampel berdasarkan tujuan atau sampel bertujuan. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, dan beberapa
siswa-siswi.
Pemilihan beberapa subjek tersebut, didasarkan pada beberapa pertimbangan
antara lain: mereka yang paling dekat
dan paling tahu tentang tema dan obyek dalam penelitian ini, sehingga memungkinkan penggalian data
secara mendalam.
Selanjutnya, data yang diperoleh dari subjek penelitian ini merupakan data
primer.
Untuk
melengkapi data dari sumber utama dalam penelitian ini, digunakan juga data
skunder. Secara lebih jelas mengenai
sumber data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut.
a.
Data primer
Data primer adalah
data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki dimana
datanya dapat diperoleh melalui case study, survey atau pencacahan
lengkap.[5] dengan demikian data primer ini diperoleh langsung dari
sumber informasi atau individu yang diselidiki baik dengan survey maupun
wawancara. Adapun sumber data dalam mengumpulkan data dan informasi yang
sebanyak-banyaknya dalam penelitian ini diperoleh dari data primer
seperti wawancara yang akan peneliti lakukan dengan
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bidang studi dan beberapa siswa SMAN 2 gerung.
b. Data sekunder
Data sekunder
adalah data dari pihak lain atau data yang tidak secara langsung diperoleh dari
subyek penelitian.[6] Dengan demikian data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari pustaka atau literatur (buku-buku) yang ada dan relevan dengan
masalah yang diteliti. Hal ini sangat penting dilakukan agar
penelitian memiliki nilai ilmiah seperti literatur atau referensi, catatan-catatan penting lainnya
atau buku-buku yang relevan dengan apa yang diteliti yaitu peran guru dalam membina karakter siswa di SMAN 2 gerung.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses penelitian, bahkan
merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti karena di dalam pengumpulan
data seorang peneliti mengamati obyek yang diteliti. Dalam rangka pengumpulan data ini diperlukan teknik dan
prosedur yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
a.
Metode observasi
Metode observasi
adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap penemuan-penemuan yang di selidiki.[7] Dalam mencatat data dari hasil observasi tidak hanya
sekedar mencatat tetapi juga mengadakan observasi yang mendalam dan dapat
dipertahankan kebenarannya semaksimal mungkin.
Metode
observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang proses dan pola pembinaan
karakter siswa oleh guru di SMAN 2 Gerung.
a.
Metode Wawancara
Metode wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan peneliti.[8]
Dalam penelitian
ini,
jenis wawancara yang digunakan
adalah wawacara
semi terstruktur. Dalam
implementasinya peneliti akan menyusun pedoman wawancara guna untuk mendapatkan
data yang akurat. Wawancara peneliti dilakukan
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan beberapa siswa SMAN 2 Gerung. Adapun
data yang akan dikumpulkan melalui wawancara ini adalah
bentuk-bentuk pembinaan karakter
yang dilakukan oleh guru di SMAN 2 Gerung.
Selain menggunakan metode Observasi dan metode wawancara
peneliti juga menggunakan metode dokumentasi.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi juga dikenal dengan penelitian dokumentasi, yakni
penelitian yang berusaha mendapatkan data melalui beberapa arsip dan dokumen,
surat kabar, majalah, jurnal, buku dan benda-benda tulis yang relevan.[9] Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum
lokasi penelitian dan dokumen-dokumen yang relevan dengan obyek penelitian untuk memperkuat metode observasi dan wawancara yang sudah
dilakukan.
4. Analisis
Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Dengan kata lain memberikan makna terhadap hasil
penelitian, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian.[10] Dalam aplikasinya, analisis data ini dilakukan dengan menggunakan analisis data induktif, yaitu
suatu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus atau
fakta-fakta di lapangan, kemudian
membuat
generalisasi yang bersifat umum
atau mengambil kesimpulan secara umum.
Lebih lanjut, dalam menganalisis
data hasil penelitian, mengacu pada
pengungkapan, pembuktian dan pemaparan data yang sesuai dengan realita dan
tidak menggunakan rumusan data statistik. Data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi yang bersifat khusus dianalisis guna menemukan
hubungan, relevansi dan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, untuk
menarik kesimpulan yang bersifat umum. Sebagaimana pendapat Suharsimi, bahwa analisis induktif
adalah suatu teknik analisis data
yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian
dibawa kepada hal-hal yang bersifat
umum.[11]
Lebih lanjut, dalam proses analisis, dilakukan pengorganisasian data, pengelompokan data, dan
mengurutkan data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara maupun
dokumen-dokumen lainnya. Secara garis besar dalam pelaksanaannya
dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan, tabulasi dan
penerapan data sesuai
dengan pendekatan penelitian.
5. Keabsahan dan Kredibilitas Data.
Untuk terpenuhinya kredibilitas data memerlukan waktu yang cukup
lama dan melakukan pengamatan secara terus menerus dengan tujuan untuknmembuktikan
bahwa permasalahan yang diteliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan
yang diberikan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Selanjutnya untuk
mendapatkan keabsahan data peneliti lakukan dengan menggunakan
teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan proses menemukan kesimpulan dengan
mengadakan cek dan ricek dari berbagai sudut pandang atau strategi. Dalam penelitian
ini, trianggulasi dilakukan
dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi (trianggulasi
metode) dan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber atau dari
sumber yang satu dengan sumber data yang lain (trianggulasi sumber). Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh data yang memenuhi keabsahan dan kredibilitas yang memadai.
6.
Sistimatika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran umum yang jelas mengenai
arah pembahasan dalam penelitian ini, maka penyusunannya diatur dalam satu
sistematika penulisan tersendiri yang terdiri dari lima bab yang saling
berkaitan dan saling menunjang satu dengan lainnya.
Bab
I berisi pendahuluan,
pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik,
metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, pendekatan
penelitian, metode pengumpulan data yang terdiri dari: metode observasi,
metode
wawancara, dokumentasi, análisis data,
keabsahan data, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi paparan teori atau konsep terkait dengan fokus
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, pengertian guru dan tugas-
tugasnya, pendidikan karakter dan tujuan pendidikan karakter.
Bab III Berisi tentang
pemaparan data hasil penelitian meliputi gambaran umum SMAN 2 Gerung, bentuk bentuk
pembinaan karakter siswa SMAN 2 Gerung, dan pola pembinaan karakter siswa di
SMAN 2 Gerung.
Bab IV. Bagian ini berisi tentang analisis
data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya tentang
pola pembinaan karakter siswa di
SMAN 2 Gerung.
Bab V. Penutup yang
terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan rekomendasi.
Rancangan Outline
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
A.
Latar Belakang
B.
Permasalahan
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Tinjauan Pustaka
F.
Kerangka Teoritik
1. Pengertian guru dan
tugas tugasnya
a.
Pengertian Guru
b. Tugas Guru
c. Pengertian Pendidikan
Karakter
d. Tujuan Pendidikan
Karakter
G.
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan data
- Analisis Data
- Validitas data/Keabsahan Data
H.
Sistimatika Pembahasan
I. DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
PUSTAKA
Azyumardi.
Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi Demokratisasi (Jakarta: Buku Kompas, 2008).
Koesoema,
Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:
Grassindo, 2007).
Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan
(Jakarta: Rineka
Cipta, 2004).
Moleong,
J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2001).
Muchlas
, dkk., Konsep dan Model Pendidikan
Karakter ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).
Muchlish,
Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab
Tantangan Krisis Multidimensional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).
Muktar. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Misaka
Galia Aksara, 2003).
Osguthorpe,
Richard D. “On The Reason We Want Teachers of Good Dispotion
and Moral Character”, dalam Journal
of Teacher Education, Vol. 59, No. 4, Tahun 2008.
Raharjo, Sabar Budi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia (Yogyakarta:
UNY, 2010).
Raharjo, Slamet. Pendidikan Akhlak Mulia Siswa di SD
Muhamadiyah Sapen Kota (Yogyakarta: UNY, 2008).
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama
Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001).
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta,
1993).
Suharsimi, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta:
Rineka
Cipta, 1991).
Suyadi,
Model Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Anak Pada Usia Dini Islam (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2012).
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional (Jakarta: Remaja Rosda
Karya, 2005).
Zucdi, Darmiyati dkk. Pengembangan Model Pendidikan Karakter terintegrasi dalam
Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar (Yogyakarta, 2009).
[1] Undang -
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
[2] Observasi awal di SMAN
2 Gerung, tanggal 7-31 Juni 2014.
[3] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 36.
[4] Suharsimi, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis
(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 122.
[5] Margono, Metodologi Penelitian ..., hal. 23
[6] Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian..., hal. 91
[7] Ibid, hal. 123.
[8] Moleong. J. Lexy, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001), hal. 135.
[9] Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 200.
[10] Ibid, hal. 103.
[11] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar