Minggu, 19 Juli 2015

Peran guru Dalam Membina Karakter Siswa

PROPOSAL TESIS


PERAN GURU DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA

DI SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2014-2015





 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Oleh:


HJ. ZAHRAINI, S.Pd.I



Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Seleksi Masuk Program Pascasarjana (S-2)
 Jurusan Pendidikan Agama Islam



PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2014



PERAN GURU DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA
DI SMAN 2 GERUNG

A.   Latar Belakang
Berbagai usaha untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas telah banyak dilakukan, di antaranya inovasi dalam bidang  kurikulum dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 yang  menekankan pada pentingnya  pembinaan karakter siswa. Penekanan pada pembinaan karakter siswa dilakukan sebagai upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang telah berjalan selama ini, sehingga siswa tidak hanya memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi juga memiliki karakter yang luhur, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Upaya pembinaan karakter  siswa tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, cerdas, kreatif, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab[1]. Ini mengindikasikan bahwa pembinaan karakter menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa terutama pada era globalisasi saat ini.
Tujuan pendidikan nasional di atas, juga menjadi dasar pelaksanaan pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan  mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi yang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan, diharapkan mampu menjadikan peserta didik sebagai insan yang beretika, bermoral serta mampu berinteraksi di tengah masyarakat secara harmonis dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan saat ini, tayangan media yang semakin sering menayangkan perselisihan berbagai pihak, kekerasan dan bahkan akses untuk melihat tayangan asusila dalam masyarakat menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami  krisis moral. Dalam konteks ini, pendidikan karakter  diharapkan menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi. Pendidikan karakter bagi siswa memiliki makna yang tidak hanya sekedar pendidikan tentang kebaikan. Pendidikan karakter memiliki arti yang lebih tingggi dari pendidikan moral yang mengajarkam mana yang benar mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang mana yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan, dan mampu melakukan mana yang baik.
Untuk mewujudkan hal di atas, guru sebagai garda terdepan dalam mengawal proses pendidikan dan pembelajaran memiliki peran penting dalam  pembinaan karakter peserta didik, sehingga peserta didik tidak hanya menguasai aspek pengetahuan (kognitif), tetapi juga keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif) yang luhur dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Demikian juga, dalam upaya untuk membina karakter siswa, guru harus memiliki keempat kompetensi utuh guru profesional, yaitu: kompetensi profesional, personal, sosial dan pedagogik. Dengan kompetensi ini, guru diharapkan memiliki kemampuan intelektual dan memiliki karakter yang mulia, serta mampu menjadi  teladan bagi siswanya, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari hari.
Idealnya, berbagai kebijakan yang mengantarkan ribuan, bahkan jutaan guru untuk menyandang guru profesional dengan kompetensi utuh guru profesional, belum berbanding lurus dengan pencapaian tujuan pendidikan untuk menciptakan insan yang berpengetahuan sekaligus berkarakter. Hal ini tampak dari berbagai fenomena yang mewarnai dunia persekolahan, seperti tawuran antar pelajar, terlibat dalam fornografi, tidak sopan terhadap guru. Demikian juga dengan perilaku sebagian besar siswa SMAN 2 Gerung Lombok Barat, masih menunjukkan perilaku yang memprihatinkan, seperti: kurang sopan  terhadap guru dan teman, sering membolos,  tidak mentaati peraturan sekolah, tidak mengikuti kegiatan imtaq , dan penyimpangan  prilaku lainnya seperti merokok, .[2]
Kondisi  di atas, tidak lepas dari peran guru yang sebagian besar telah menyandang gelar guru profesional. Guru tidak hanya bertanggung jawab melaksanakan tugas mengajar atau sebatas menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik dalam arti membina karakter peserta didiknya. Atas dasar itulah, maka penting untuk mengkaji lebih jauh tentang: PERAN GURU  DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMAN  2 GERUNG. 
B.Identifikasi Masalah
        Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan peran guru dalam membina karakter siswa, di antaranya:
1.      Apakah pembinaan karakter siswa menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu atau seluruh guru di SMAN 2 Gerung?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi karakter siswa SMAN 2 Gerung?
3.      Apa saja upaya untuk membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
4.      Bagaimana model pembinaan karakter siswa SMAN 2 Gerung?
5.      Bagaimana peran kepala sekolah dalam membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
6.      Bagaimana peran guru dalam membina karakter siswa SMAN 2 Gerung?
C.   Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan urgensi dari berbagai permasalahan terkait dengan pembinaan karakter siswa yang telah  teridentifikasi di atas, maka permasalahan dalam tesis ini akan difokuskan pada peran guru dalam pembinaan karakter siswa SMAN 2 Gerung?  Dengan menelusuri  secara mendalam pada bentuk pembinaan yang dilakukan guru dan model pembinaan karakter siswa yang dilakukan guru di SMAN 2 Gerung. 
D.   Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah untuk dijadikan fokus kajian dalam tesis ini yaitu:
1.         Apa saja bentuk bentuk pembinaan karakter siswa yang dilakukan di SMAN 2  Gerung ?
2.         Bagaimana pola pembinaan karakter siswa di SMAN 2 Gerung ?

E.    Tujuan Penelitian
Setiap pekerjaan yang dilakukan secara sadar dan sistematis pasti mempunyai tujuan yang jelas, begitu pula dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Ingin mengetahui bentuk bentuk pembinaan karakter siswa yang dilakukan di SMAN 2 Gerung.
2.         Ingin mengetahui pola pembinaan karakter siswa di SMAN 2 Gerung.
F.    Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis. Adapun uraian kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai beriut:
1.     Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah ilmiah dan wawasan keilmuan kaitannya dengan peran guru dalam membina karakter siswa di Sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam upaya membina karakter siswa sehingga terbentuk kepribadian atau budi pekerti yang luhur  pada diri siswa baik di sekolah  maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas
2.     Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi guru dalam upaya membina karakter siswa di sekolah. Di samping itu, dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan berfikir kepada siswa sehingga ia mampu berinteraksi dengan budi pekerti atau akhlak yang mulia baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. Kemudian juga dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang lebih komprehensif.

G.    Kajian Pustaka
Harus diakui bahwa penelitian ini tidak berangkat dari kekosongan. Namun juga harus diakui tentang pendidikan berbasis karakter telah banyak yang membahasnya, tapi buku maupun  penelitian yang mengkaji tema ini secara spesifik belum begitu banyak, oleh karena itu dalam kajian pustaka ini penulis hanya memaparkan beberapa hasil penelitian yang telah membahas tentang pendidikan berbasis karakter adalah:
1.  Penelitian yang dilakukan oleh Suyadi tahun 2012, universitas Otago di  Dunedin New Zealand terhadap 1000 anak anak selama 23 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak anak yang ketika usia 3 tahun telah di diagnose sebagai uncontrollable toddlers (anak yang sulit diatur, pemarah, pembangkang) ternyata ketika usia 18 tahun, menjadi remaja yang bermasalah, agresif dan memiliki masalah dalam pergaulan. Pada usia 2 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain, dan sebagian terlibat dengan kegiatan kriminal. Sebaliknya anak anak yang awalnya  well adjust toddlers, ternyata setelah dewasa menjadi orang orang yang berhasil dan sehat jiwanya.[1]
2.    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Richard D. Osguthorpe (2008) yang berjudul ”On The Reason WeWant Teachers of Good Dispotion and Moral Character”, penelitian ini menggambarkan bahwa faktor kepribadian guru (pendidik) sangat berperan mempengaruhi pengembangan moral siswa. Kepribadian guru adalah metode terbaik dalam mendidik karakter siswa. Sehingga sebagai langkah awal dalam membangun karakter kebaikan pada siswa,  haruslah dimulai dengan mempersiapkan kepribadian para pendidik yang dipenuhi dengan nilai nilai yang baik, benar dan penuh kebajikan. Dan kepribadian guru tersebut akan efektif mempengaruhi karakter siswa tidak hanya ketika mereka berinteraksi di kelas saja, tetapi juga kepribadian itu selalu hadir dalam kehidupan sehari-harinya. Sikap profesional, nilai nilai dan keyakinan yang ditampilkan oleh pendidik baik yang verbal atau yang non-verbal dalam berinteraksi dengan siswa, keluarga, maupun masyarakat akan memberikan penguatan terhadap prilaku positif siswa dalam perkembangan dan belajarnya.[2]
3.    Darmiyati Zuchdi, dkk. 2009, pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar., Jakarta. Penelitian ini lebih menekankan pada model pendidikan karakter yang efektif adalah yang menggunakan pendekatan komprehensif dalam mata pelajaran umum. Penelitian ini berhasil menyimpulkan bahwa pembelajaran tidak hanya melalui bidang studi tertentu tetapi juga diintegrasikan dalam semua bidang studi terutama pelajaran umum.[3]
4.    Slamet Riyanto, 2008, Pendidikan Akhlak Mulia siswa di SD Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta. Berbentuk Tesis, tidak diterbitkan, tujuan penelitian ini untuk mendiskrifsikan pendidikan akhlak mulia di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta dan  pengembangan ketrampilan personal dan sosial akan berhasil dengan baik jika dilaksanakan dengan konsisten.[4]
Beberapa hasil penelitian diatas, meskipun sama sama menjadikan pendidikan karakter  sebagai fokus kajian penelitian sama dengan penelitian ini, namun belum ada yang secara spesifik mengkaji tentang bentuk bentuk pembinaan karakter siswa dan peran guru dalam proses  pembelajaran dan pengembangan karakter siswa dalam lingkungan  SMA, sehingga peneliti merasa hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terkait dengan bentuk  bentuk pembinaan karakter siswa SMA.
H. Kerangka Teori.
1.    Guru dan tugas tugasnya.
Guru  sebagai pendidik dalam merubah dan meningkatkan moral peserta didik bukanlah hal yang asing lagi untuk dibicarakan. Guru adalah orang yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk membimbing.[5] Menurut Imam Gazali dalam Mukhtar mengatakan bahwa guru adalah orang yang berilmu atau orang yang mengemban amanah dalam pembelajaran agama islam dan memiliki kepribadian yang soleh.[6] Adapun definisi yang lain dijelaskan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakn proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan dan pengabdian kepada masyarakat.
Dari pengertian dan pendapat di atas dapat dipahami bahwa guru sebagai pendidik yang membimbing dan mengarahkan anak didik hendaknya memiliki disiplin ilmu yang luas dan relevan dalam bidang keahliannya dan memiliki moral/budi pekerti yang luhur sebagai contoh bagi anak didik serta profesional dalam merencanakan dan melaksanakan proses pendidikandan pembelajaran baik terhadp peserta didik maupun pengabdian terhadap masyarakat.


b.    Tugas guru.
Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran memiliki tugas yang banyak sekali, yaitu:
a)      Mendidik
b)      Mengajar
c)      Melatih.[7]
Adapun yang dimaksud dengan mendidik adalah ” suatu upaya membimbing, meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (aktualisasi), sedangkan mengajar adalah meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta melatih adalah mengembangkan keterampilan pada siswa.[8]
Jadi dapat dipahami bahwa guru atau pendidik tidak hanya memiliki tugas mendidik atau membimbing tetapi juga mengajar dan melatih anak didik baik dalam sikap, prilaku, ilmu pengetahuan, maupun keterampilan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah menanamkan dan mengembangkan tiga aspek dalam proses pembelajaran yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
2)   Tugas bidang kemanusiaan.
Tugas guru dibidang kemanusiaan maksudnya dalah guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai orang tua di sekolah dan mampu menarik perhatian para siswa.[9]  Jadi tugas guru bidang kemanusiaan adalah menjadikan dirinya sebagai orang tua siswa dan mampu membangkitkan semangat dan motivasi peserta didik.
3)  Tugas bidang kemasyarakatan.
Adapun yang dimaksud dengan tugas guru dibidang kemasyarakatan adalah ”guru berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terbentuknya manusiaseutuhnya berdasarkan pancasila.[10]  Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas guru dalam masyarakat adalah membimbing masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, sehingga tugas guru tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di luarsekolah atau sosial kemasyarakatan.
2.      Pendidikan karakter.
a.    Pengertian pendidikan karakter.
 Karakter identik dengan kepribadian.[11] Menurut Imam Gazali, karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu tindakan spontanitas manusia dalam bersikap atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.[12] Adapun pendidikan karakter menurut Muchlas didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari hari dengan sepenuh hati.[13] Dalam pendidikan karakter idealnya melibatkan semua pihak meliputi keluarga, warga sekolah dan lingkungan sekolah serta masyarakat.[14]
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter yang baik seperti jujur, bertanggung jawab, kerja keras, menghormati orang lain  dan lain lain. Dalam membangun karakter seseorang memerlukan sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh aspek knowing the good, loving the good and acting the good, disinilah perbedaannya dengan istilah moral. Pendidikan  karakter menjadi berbeda dengan pendidikan moral karena pendidikan moral hanya terfokus pada pengetahuan tentang moral.
Kurikulum pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa yaitu pribadi yang bijaksana terhormat dan  bertanggung jawab  yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata. Bagaimana mereka diberi pengetahuan dan pemahaman akan nilai nilai kebaikan yang universal  (knowing the good) sehingga membentuk beliefs, tetapi tidak terhentier  disitu saja. Sistem yang ada juga juga berperan aktif mendukung dan mengkondisikan nilai nilai kebaikan tersebut, sehingga semua orang bersepakat menerima dan mencintai nilai nilai tersebut sebagai sebuah kebaikan untuk dianut  (loving the good). Setelah membentuk pemahaman dan sikap, ia kan melahirkan nilai nilai tindakan.Dengan penuh kesadaran mereka akan bertindak dengan nilai nilai kebaikan (action the good) yang dianut sebagai ekspresi martabat dan harga diri.
b.    Tujuan Pendidikan karakter.
Tujuan pendidikan karakter ini dalam rangka untuk memperbaiki  kinerja pendidikan , seperti situasi kemerosotan moral diantaranya kejujuran , tanggung jawab, tolong menolong, dan saling menghargai adanya Tuhan yang maha esa, tujuannya dalah untuk memperbaiki masyarakat yang berkarakter
Doni Kusuma menyebutkan tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk prilaku seseotrang yang terwujud dalam kesatuan diri individu.[15] Menurul Nurul Zuriah tujuan pendidikan karakter yaitu memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan , mengkaji dan menginternalisasi serts mempersonalisasikan nilai, mengembangkan keterampilan nilai mulia dalam diri siswa serta mewujudkan dalam prilaku sehari-hari.[16]
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri mampu meningkatkan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari hari.
Berdasarkan pandangan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan karakter bukan hanya sekedar memahami  tentang aturan yang benar dan salah atau mengetahui tentang ketentuan baik dan buruk tetapi harus benar benar meningkatkan  prilaku moral seseorang.


I. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan  Penelitian
Untuk  memperoleh data dan  informasi yang akurat terkait dengan penelitian ini, maka  penulis berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang menjadi standar penyusunan karya ilmiah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,  karena penelitian ini berupaya untuk menggambarkan  dan mengungkapkan penomena yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Bodan dan Taylor dalam Margono bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan  perilaku yang dapat diamati. Lebih jauh,  pendekatan ini diarahkan pada latar dan subyek penelitian secara utuh.[3]
2. Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang valid dan meyakinkan kaitannya dengan peran guru  dalam membina  karakter siswa di SMAN 2 Gerung, maka sumber data sangat dibutuhkan. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.[4]
Jadi sumber data  dalam penelitian ini adalah pelaku atau orang yang akan memberikan data dan informasi tentang apa yang akan diteliti. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan tujuan atau sampel bertujuan. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan beberapa  siswa-siswi. Pemilihan beberapa subjek tersebut, didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: mereka  yang paling dekat dan paling tahu tentang  tema dan obyek  dalam penelitian ini, sehingga memungkinkan penggalian data secara mendalam. Selanjutnya, data yang diperoleh dari subjek penelitian ini merupakan data primer.
Untuk melengkapi data dari sumber utama dalam penelitian ini, digunakan juga data skunder. Secara lebih jelas mengenai sumber data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
a.             Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki dimana datanya dapat diperoleh melalui case study, survey atau pencacahan lengkap.[5] dengan demikian data primer ini diperoleh langsung dari sumber informasi atau individu yang diselidiki baik dengan survey maupun wawancara. Adapun sumber data dalam mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya dalam penelitian ini diperoleh dari data primer seperti wawancara yang akan peneliti lakukan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bidang studi dan  beberapa siswa SMAN 2 gerung.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data dari pihak lain atau data yang tidak secara langsung diperoleh dari subyek penelitian.[6] Dengan demikian data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pustaka atau literatur (buku-buku) yang ada dan relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini sangat penting dilakukan agar penelitian memiliki nilai ilmiah seperti literatur atau referensi, catatan-catatan penting lainnya atau buku-buku yang relevan dengan apa yang diteliti yaitu peran guru  dalam membina karakter siswa di SMAN 2 gerung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti karena di dalam pengumpulan data seorang peneliti mengamati obyek yang diteliti. Dalam rangka pengumpulan data ini diperlukan teknik dan prosedur yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
a.      Metode observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penemuan-penemuan yang di selidiki.[7] Dalam mencatat data dari hasil observasi tidak hanya sekedar mencatat tetapi juga mengadakan observasi yang mendalam dan dapat dipertahankan kebenarannya semaksimal mungkin.
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang proses dan pola pembinaan karakter siswa oleh guru di SMAN 2 Gerung.
a.      Metode Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti.[8]
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawacara semi terstruktur. Dalam implementasinya peneliti akan menyusun pedoman wawancara guna untuk mendapatkan data yang akurat. Wawancara peneliti dilakukan  dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan beberapa  siswa SMAN 2 Gerung.  Adapun data yang akan dikumpulkan melalui wawancara ini adalah bentuk-bentuk pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru  di SMAN 2 Gerung. Selain menggunakan metode Observasi dan metode wawancara peneliti juga menggunakan metode dokumentasi.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi juga dikenal dengan penelitian dokumentasi, yakni penelitian yang berusaha mendapatkan data melalui beberapa arsip dan dokumen, surat kabar, majalah, jurnal, buku dan benda-benda tulis yang relevan.[9] Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi penelitian dan dokumen-dokumen yang relevan dengan obyek penelitian untuk memperkuat metode observasi dan wawancara yang sudah dilakukan.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dengan kata lain memberikan  makna terhadap hasil  penelitian, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian.[10] Dalam aplikasinya, analisis data ini dilakukan dengan menggunakan analisis data induktif, yaitu suatu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus atau fakta-fakta di lapangan, kemudian membuat generalisasi yang bersifat umum atau mengambil kesimpulan secara umum.
Lebih lanjut, dalam menganalisis data hasil penelitian, mengacu pada pengungkapan, pembuktian dan pemaparan data yang sesuai dengan realita dan tidak menggunakan rumusan data statistik. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang bersifat khusus dianalisis guna menemukan hubungan, relevansi dan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum. Sebagaimana  pendapat Suharsimi, bahwa analisis induktif adalah suatu teknik analisis data yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian dibawa kepada hal-hal yang bersifat umum.[11]
Lebih lanjut, dalam proses analisis, dilakukan pengorganisasian data, pengelompokan data, dan mengurutkan data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara maupun dokumen-dokumen lainnya. Secara garis besar dalam pelaksanaannya dilakukan  melalui tiga tahap yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
5.      Keabsahan dan Kredibilitas Data.
Untuk terpenuhinya  kredibilitas data memerlukan waktu yang cukup lama dan melakukan pengamatan secara terus menerus dengan tujuan untuknmembuktikan bahwa permasalahan yang diteliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya  ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Selanjutnya untuk mendapatkan keabsahan data peneliti lakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan proses menemukan kesimpulan dengan mengadakan cek dan ricek dari berbagai sudut pandang atau strategi. Dalam penelitian ini, trianggulasi  dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi (trianggulasi metode) dan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber atau dari sumber yang satu dengan sumber data yang lain (trianggulasi sumber). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang memenuhi keabsahan  dan kredibilitas yang memadai.
6.      Sistimatika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran umum yang jelas mengenai arah pembahasan dalam penelitian ini, maka penyusunannya diatur dalam satu sistematika penulisan tersendiri yang terdiri dari lima bab yang saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan lainnya.
Bab I berisi pendahuluan, pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik,  metodologi penelitian yang  meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data yang terdiri dari: metode observasi, metode wawancara, dokumentasi, análisis data,  keabsahan data, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi paparan teori atau konsep terkait dengan fokus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, pengertian guru dan tugas- tugasnya, pendidikan karakter dan tujuan pendidikan karakter.
Bab III Berisi tentang pemaparan data hasil penelitian meliputi gambaran  umum  SMAN  2 Gerung, bentuk bentuk pembinaan karakter siswa SMAN 2 Gerung, dan pola pembinaan karakter siswa di SMAN 2 Gerung.
Bab IV. Bagian  ini berisi tentang analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya tentang pola pembinaan karakter siswa di SMAN 2 Gerung.
Bab V. Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan rekomendasi.

  
Rancangan Outline
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
A.      Latar Belakang   
B.      Permasalahan     
C.      Tujuan Penelitian    
D.      Manfaat Penelitian   
E.       Tinjauan Pustaka 
F.       Kerangka  Teoritik
1.       Pengertian guru dan tugas tugasnya
a.       Pengertian Guru
b.      Tugas Guru
c.       Pengertian Pendidikan Karakter
d.      Tujuan Pendidikan Karakter
G.     Metode Penelitian
  1. Pendekatan Penelitian
  2. Sumber Data
  3. Teknik Pengumpulan data
  4. Analisis Data
  5. Validitas data/Keabsahan Data
H.        Sistimatika Pembahasan
I. DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi Demokratisasi  (Jakarta: Buku Kompas, 2008).

Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta: Grassindo, 2007). 

Margono,  Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:  Rineka Cipta, 2004).

Moleong, J. Lexy.  Metodologi Penelitian Kualitatif  (Jakarta : Rineka Cipta,  2001).

Muchlas , dkk., Konsep dan Model Pendidikan  Karakter  ( Bandung:  Remaja Rosdakarya, 2011).

Muchlish, Masnur.   Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).

Muktar. Desain Pembelajaran  Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Misaka Galia Aksara, 2003).

Osguthorpe, Richard D. “On The Reason We Want Teachers of Good  Dispotion  and  Moral  Character”, dalam  Journal of Teacher Education, Vol. 59, No. 4, Tahun 2008.

Raharjo, Sabar Budi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya   Menciptakan Akhlak Mulia (Yogyakarta: UNY, 2010).

Raharjo, Slamet. Pendidikan Akhlak Mulia Siswa di SD Muhamadiyah Sapen Kota (Yogyakarta: UNY, 2008).

RamayulisMetodologi Pengajaran Agama Islam  (Jakarta: Kalam Mulia, 2001).

Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan  (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).

Suharsimi, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis  (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).

Suyadi, Model Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Anak Pada Usia Dini Islam  (Yogyakarta:  UIN Sunan Kalijaga, 2012).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  Nasional, Pasal  3.

Usman,  Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional (Jakarta:  Remaja Rosda Karya,  2005).

Zucdi, Darmiyati dkk. Pengembangan Model Pendidikan Karakter terintegrasi dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah  Dasar  (Yogyakarta, 2009).



[1] Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  Nasional, Pasal 3.
[2]  Observasi  awal di SMAN  2  Gerung, tanggal  7-31 Juni 2014.
[3] Margono,  Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:  Rineka Cipta, 2004),  hal. 36.
[4] Suharsimi, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis  (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 122. 
[5]  Margono, Metodologi Penelitian ...,  hal. 23
[6] Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian...,  hal. 91
[7]  Ibid, hal. 123.
[8] Moleong. J. Lexy,  Metodologi Penelitian Kualitatif  (Jakarta:  Rineka Cipta,  2001),  hal. 135.
[9] Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan  (Jakarta:  Rineka Cipta, 1993),  hal.  200.
[10] Ibid, hal. 103.
[11] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar